September 15, 2016

Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial

By Romeltea | Published: September 15, 2016

Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial
Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial.

JURNALISME Media Sosial (Social Media Journalism) merupakan trend baru jurnalistik era internet atau jurnalistik era media sosial.

Saya sudah menulis "definisi" jurnalisme media sosial di dua posting: Jurnalistik Media Sosial dan Jurnalisme Media Sosial Update!

Media Sosial bisa dibilang mendominasi konten dan aktivitas pengguna internet. Wartawan pun saat ini menggunakan posting atau status di media sosial, seperti Facebook dan Twitter, sebagai bahan berita atau sumber berita (new sources).

Namun, sebuah studi terbaru menemukan, pembaca ternyata tidak percaya berita yang berdasar pada media sosial.

Dilansir Metrotvnews, hasil studi ini menunjukkan pembaca lebih suka wartawan mencari bahan berita menggunakan metode tradisional, seperti wawancara secara langsung atau konferensi pers, ketimbang "liputan online" di media sosial.

"Kami terkejut dengan hasil ini," kata asisten profesor Komunikasi Politik University of Amsterdam, Sanne Kruikemeier, yang merupakan salah satu peneliti dalam studi ini.

"Kami menduga, Twitter sama kredibelnya dengan Wikipedia. Karena di Wikipedia, Anda tidak tahu siapa penulis artikel sementara di Twitter, setidaknya tweet langsung berasal dari sang nara sumber," imbuhnya.

Narasumber, pejabat, selebritas, atau tokoh masyarakat kini sering menyampaikan pendapatnya melalui media sosial. Netizen pun sering menyampaikan pendapatnya di media sosial.

Karena itu, tidak heran jika wartawan menggunakan media sosial untuk mendapatkan komentar dari masyarakat terkait suatu topik tanpa harus ke terjun ke lapangan dan bertanya secara langsung.

Sebuah studi tahun 2014 pada lebih dari 1.000 jurnalis menemukan:
  • 54 persen wartawan menggunakan media sosial untuk berbicara dengan narasumber. 
  • 250 wartawan menggunakan media sosial untuk melakukan verifikasi informasi. 
  • 20 persen responden menggunakan media sosial untuk melakukan wawancara pada nara sumber.

Mencari bahan berita dari media sosial telah menjadi sesuatu yang biasa. Hiruk-pikut media sosial dimanfaatkan media-media online atau situs berita, bahkan stasiun televisi, untuk membuat berita yang sekiranya menarik dipublikasikan.

Namun, sebuah laporan menyebutkan, 40 persen stasiun TV tidak memeriksa berita yang didasarkan pada media sosial dengan saksama.

Sumber awal berita tetap mempengaruhi kredibilitas berita di hadapan pembaca.

Keraguan masyarakat berasal dari keraguan mereka apakah posting di media sosial memang dibuat oleh sang narasumber atau pihak lain yang ditugaskan untuk mengurus media sosialnya.

Meskipun para pembaca lebih suka jika wartawan mencari bahan berita dengan cara tradisional, semakin banyak orang yang menggunakan media sosial untuk memilih berita yang mereka baca.

Baca deh: Media Sosial Jadi Sumber Utama Dapatkan Informasi

Karena mayoritas masyarakat tidak percaya jurnalisme media sosial, maka bisa jadi, masyarakat pun tidak percaya pada media online atau situs berita yang 'doyan' memberitakan trend di media sosial. Kredibilitas media memang salah satunya ditentukan oleh sumber dan proses pemberitaan. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Previous
« Prev Post
Author Image

Romeltea
Romeltea adalah onair dan online name Asep Syamsul M. Romli aka Kang Romel. Praktisi Media, Blogger, Trainer Komunikasi from Bandung, Indonesia. Follow me: facebook twitter instagram linkedin youtube

Recommended Posts

Related Posts

Show comments
Hide comments

No comments on Masyarakat Tidak Percaya Jurnalisme Media Sosial

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *