August 8, 2017

Media Cetak Bukan Masa Depan Wartawan

By Romeltea | Published: August 8, 2017

Media Cetak Bukan Masa Depan Wartawan. Media Online Menggantikan Perannya. Namun, Situs Berita Juga Mulai Terancam.

Media Online vs Media Cetak
Media Online vs Media Cetak. Image: The Odyssey Online

Koran Sindo, surat kabar terbitan grup media besar MNC Group, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ratusan karyawan. Kondisi ini seolah menjadi sinyal penguat suramnya bisnis media cetak di Indonesia.

Demikian diberitakan VOA Indonesia dengan judul "PHK Jurnalis dan Masa Depan Media Cetak".

Harian Sindo biro Yogyakarta yang memiliki 42 karyawan, baik jurnalis maupun bagian administrasi, ditutup akhir Juni 2017.

Sembilan wartawan suratkabar harian Bernas di Yogyakarta juga berhenti bekerja. Mereka terdiri dari kontributor daerah, redaktur hingga pemimpin redaksi.

Koran Tempo tidak lagi membagikan versi cetak di daerah, memusatkan distribusinya di Jabotabek dan memperkuat situs berita mereka.

Sejumlah tabloid dan majalah terbitan Kelompok Kompas Gramedia, satu persatu rontok dan menjadi kenangan. Badai ini terjadi di sejumlah media cetak di seluruh tanah air.

Pengamat media dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Ana Nadya Abrar, menyarankan para jurnalis untuk mau menyesuaikan diri.

Abrar yakin, ucapan selamat tinggal untuk media cetak tidak akan lama lagi diucapkan. Namun, informasi selalu dibutuhkan oleh masyarakat, dan karena itu jurnalis dapat bergerak di ranah tersebut. Jurnalis, kata Abrar, harus memahami tren, bahwa media online akan segera menggantikan media cetak.

Kondisi ini, menurut Abrar, sudah diprediksi oleh para ahli teori komunikasi. Persoalannya, prediksi itu datang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Sebenarnya ada sebuah teori komunikasi yaitu Teori Matematika Komunikasi. Teori ini diciptakan oleh Claude Shannon dan Weaver pada 1948.

Berdasarkan teori itu, sebenarnya kondisi yang sekarang ini sudah diprediksi. Cuma yang belum terbayangkan adalah bahwa kenyataannya datang secepat itu.

Ilmu Komunikasi di kampus pun bergerak menyesuaikan diri. Mahasiswa telah dibekali dengan pemahaman mengenai perubahan industri media cetak. Mahasiswa yang mengambil konsentrasi jurnalistik, diharapkan mampu mengikuti perubahan cepat yang terjadi di luar. 

Kuliah dengan para praktisi yang sering dilakukan di kampus, diharapkan juga membekali calon-calon jurnalis itu dengan sudut pandang baru.

“Tahun ini kita memulai kurikulum baru yang memberi pengetahuan kepada mahasiswa tidak hanya jurnalisme konvensional seperti dulu, tetapi juga jurnalisme konvergensi. Bagaimana mereka menggunakan media sosial dan media online untuk menyiarkan berita. Kita sudah mencoba mengantisipasi itu.”

Media massa cetak yang masih akan bertahan diperkirakan adalah mereka yang terbit dari grup-grup media besar. Kombinasi bisnis televisi, radio, cetak dan online setidaknya mampu memberi nafas lebih panjang dengan subsidi silang, karena terbukti media cetak tidak lagi menjadi pilihan pemasang iklan. Padahal, dari sanalah industri ini menyambung nyawanya.

Demikian ulasan VOA Indonesia.

Setelah membaca berita di atas, saya jadi ingat salah satu postingan saya di blog ini: Media Online Membunuh Media Cetak.

Saat posting itu ditulis, kalangan wartawan sedang dihebohkan oleh gulung tikarnya sejumlah media cetak tahun 2015, termasuk Sinar Harapan, Koran Tempo Minggu, dan Harian Bola.

Internet mengubah banyak hal, termasuk kehidupan media. Media Cetak (Printed Media) jelas bukan masa depan wartawan atau calon jurnalis yang kini banyak menimba ilmu dan keterampikan di kampus.

Media Online Juga Terancam

Media Online adalah media masa kini dan masa depan. Masa depan jurnalistik ada di Jurnalistik Online.

Namun demikian, media online atau jurnalistik online juga bisa mati karena diabaikan pembaca, jika jurnalis online terus mempraktikkan jurnalisme umpan klik (clickbait journalism) yang bikin muak pembaca.

Sejumlah survei mulai menunjukkan media online (situs berita) mulai ditinggalkan pembaca. Media Sosial menjadi andalan baru untuk mendapatkan informasi, meski berisiko menemukan banyak informasi palsu (hoax).

Media online di Amerika Serikat bahkan mulai panik. Kekhawatiran mereka terhadap masa depan bisnisnya telah menjelma menjadi nyata. Pendapatan dari sisi iklan menurun seiring dengan anjloknya jumlah kunjungan ke situs media mereka. (Media Online Mulai Ditinggalkan Pembaca dan Pemasang Iklan)

Media-media online di Indonesia juga bisa makin ditinggalkan oleh pembaca bila hanya mengandalkan kecepatan dan mengabaikan akurasi serta menabrak etika jurnalistik. Faktor akurasi dan etika jurnalistik harus mendapat perhatian pengelola media online karena Google sedang membangun sistem. (Media Online di Indonesia Akan Ditinggalkan Pembaca).

Bahkan, masa depan media (berita) daring di Indonesia jauh lebih suram jika dibandingkan dengan nasib media cetak. Hal itu dilatarbelakangi semakin aktifnya media sosial yang menggantikan posisi media daring, termasuk penggalangan opini. (Nasib Media Daring Suram).

Nasib situs berita di Indonesia bisa lebih parah karena situs-situs berita di Indonesia menganut jurnalisme umpan klik (clickbait journalism) yang merupakan versi baru koran kuning. Pembaca lama kelamaan muak dan menyadari jebakan-jebakan klik yang disajikan situs-situs berita.

Dengan demikian, bukan saja Media Cetak yang gulung tikar, lama-lama media online juga bernasib sama. Media Sosial merajai internet dan menjadi sumber utama informasi.

Lalu, bagaimana masa depan profesi wartawan? Bagaimana masa depan jurnalis atau lulusan jurusan jurnalistik? Saya sudah mengupasnya di Daftar Jobs yang Butuh Keahlian Jurnalistik. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Previous
« Prev Post
Author Image

Romeltea
Romeltea adalah onair dan online name Asep Syamsul M. Romli aka Kang Romel. Praktisi Media, Blogger, Trainer Komunikasi from Bandung, Indonesia. Follow me: facebook twitter instagram linkedin youtube

Recommended Posts

Related Posts

Show comments
Hide comments

No comments on Media Cetak Bukan Masa Depan Wartawan

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *