February 3, 2016

Media Sosial dan Mesin Pencari Kini Jadi Sumber Informasi Utama

By Romeltea | Published: February 3, 2016

media sosial
MEDIA SOSIAL (Social Media) menggantikan posisi media massa dan/atau situs-situs berita sebagai andalan untuk mendapatkan berita atau sumber informasi utama publik Amerika dan Indonesia.

Menurut hasil studi Pew Research Center seperti dikutip Journalists Resource, sebanyak 63% pengguna Facebook di Amerika Serikat mengakui, mereka mendapatkan berita di jejaring sosial itu.

Sebanyak 63% pengguna Twitter juga mengatakan hal yang sama. Mereka melihat platform media sosial terpopuler setelah Facebook itu menjadi sumber berita.

Studi terhadap publik di Indonesia juga menujukkan hasil serupa. Menurut hasil riset Edelman Trust Barometer 2016 di Indonesia, media sosial dan mesin pencari (Google, Bing/Yahoo) kini menjadi sumber informasi yang paling banyak digunakan dalam mencari berita, jauh meninggalkan TV, koran, blog, dan majalah.

In other results, the influence of peer-driven media in Indonesia was preeminent this year — social media and online search are now the top two “most-used sources” for general news and information — ahead of TV, newspapers, blogs and magazines.

Seperti dikutip The Jakata Post, masyarakat kini juga cenderung mencari informasi dari media yang dimotori oleh kerabat dan teman dekat.

Sekitar 75 persen responden berpendapat, mesin pencari sebagai sumber informasi paling terpercaya, diikuti dengan media tradisional dengan 70 persen.

Media daring, media pribadi, dan media sosial secara berturut-turut memperoleh nilai 69 persen, 65 persen, dan 63 persen.

Media Sosial, Situs Berita, dan Wartawan

Facebook dan media sosial lainnya hakikatnya merupakan media untuk mengumpulkan dan berbagi ide. Namun, fungsi itu berkembang menjadi sarana publikasi informasi aktual (Baca: Jurnalisme Media Sosial).

Manajamen ruang berita (newsroom) pun banyak yang mendesak para wartawannya untuk memanfaatkan media sosial guna membagikan hasil kerja mereka dan terhubung dengan publik.

Many journalists are encouraged to engage with audiences by leading Twitter chats, responding to comments left on news articles posted to Facebook and using social media more broadly to develop relationships and drive people to news websites.

Namun demikian, studi menunjukkan, interaksi wartawan dengan pembaca di media sosial berdampak buruk.

Media sosial memang ampuh guna mempromosikan sebuah berita atau hasil kerja jurnalistik (journalistic work), namun ada risiko mencederai citra profesional wartawan.

Using social media to interact with audiences can hurt journalists’ professional image even if they are not behaving in a way that could be interpreted as “trash talking” or having a conflict of interest, according to the study. 

Faktanya memang demikian. Silakan cek komentar Facebooker, misalnya, di sebuah link berita yang di-share fanspaga situs berita. Jika beritanya "ngawur" atau "tidak akurat", maka bullying dan hujatan akan menimpa situs berita atau wartawan penulis berita tersebut. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*

Previous
« Prev Post
Author Image

Romeltea
Romeltea adalah onair dan online name Asep Syamsul M. Romli aka Kang Romel. Praktisi Media, Blogger, Trainer Komunikasi from Bandung, Indonesia. Follow me: facebook twitter instagram linkedin youtube

Recommended Posts

Related Posts

Show comments
Hide comments

1 comment on Media Sosial dan Mesin Pencari Kini Jadi Sumber Informasi Utama

  1. It's a great writing... Saya penasaran, bagaimana Jurnalisme Media Sosial ini dipandang melalui kacamata Kode Etik Jurnalistik, Pak?

    ReplyDelete

Contact Form

Name

Email *

Message *