December 15, 2022

Sejarah Media Massa

By Romeltea | Published: December 15, 2022

Sejarah media massa juga berarti sejarah jurnalistik, pers, dan wartawan. Berikut catatan ringkas tentang sejarah media, mulai acta diurna, mesin cetak koran, radio dan televisi, hingga media internet.

Sejarah Media Massa

Media massa (mass media) adalah sarana penyampaian pesan atau saluran publikasi informasi kepada orang banyak. Koran, majalah, rado, televisi, dan kini media online (situs web berita di internet) adalah media massa.

Sering disingkat "media" saja, media massa sebenarnya kependekan dari "media komunikasi massa" (mass communication media). Komunikasi massa sendiri diartikan sebagai komunikasi melalui media massa.

Salah satu definisi menyebutkan, media massa adalah komunikasi—baik tertulis, disiarkan, atau lisan—yang menjangkau khalayak luas. Ini termasuk televisi, radio, iklan, film, internet, surat kabar, majalah, dan sebagainya.

Berikut ini catatan sejarah media massa secara ringkas yang dihimpun dari berbagai sumber, termasuk Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Disiplin ilmu komunikasi tidak lepas dari kelahiran media massa mulai dari Acta Diurna.

Cikal-Bakal Media Massa: Acta Diurna 

Berbagai literatur komunikas dan media menyebutkan, cikal-bakal media massa adalah Acta Diurna pada zaman Romawi kuno.

Secara bahasa (Latin), Acta Diurna artinya "Catatan Harian" dan kadang diterjemahkan menjadi "Catatan Publik Harian".

Acta Diurna adalah papan pengumuman --semacam papan informasi atau "majalah dinding" yang digunakan penguasa untuk menyampaikan kebijakan-kebijaksanaannya kepada masyarakat.

Ditempel di area publik yang disebut "Forum Romanum", Acta Diurna memuat hal-hal yang dibicarakan dalam senat agar diketahui seluruh warga.

Dari Acta Diurna ini pula Sejarah Jurnalistik dimulai. Kata "jurnalistik" atau "jurnalisme" diyakini berasal dari "diurna", "diurnalis", "du jour" (Prancis), dan "journal" (Inggris). Jurnalistik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda, "Jurnalistiek".

Literatur lainnya  menyebutkan, media massa sudah ada di China kuno, sebelum kertas dan alat cetak dikenal bangsa Eropa.

Laman National Institute of Mass Communication and Journalism (NIMJ) mencantumkan "1041: Movable Clay type printing in China" sebagai Pre-Industrial Age sebelum ditemukannya mesin cetak di Jerman.

Kelahiran Media Cetak

Sejarah modern media massa dimulai dengan kelahiran media cetak (print media) berupa lembaran kertas berisi teks dan gamber tercetak. Lembaran ini kemudian dikenal sebagai surat kabar (newspaper) atau koran.

Dari media cetak koran ini lalu berkembang menjadi tabloid, majalah, dan buku.

Media cetak lahir setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg (Jerman) tahun 1446 dengan teknik movable metal type (huruf logam yang berpindah).

Johannes Gutenberg adalah seorang pengrajin logam dan penemu berkebangsaan Jerman yang memiliki sumbangan besar di bidang teknologi percetakan.

Dari mesin cetak "printing press" yang ditemukan Gutenberg inilah lahir istilah "pers" (press) yang kini identik dengan media jurnalistik atau media massa.

Secara etimologis, istilah pers (press) berasal dari istilah latin, pressus, yang artinya tekanan, tertekan, terhimpit, padat.

Dalam bahasa Inggris, press artinya menekan, tekanan, mesin pencetak, menyeterika, mencetak (records), dan mendesak.

Kata "pers" juga berasal dari bahasa Belanda, persen yang bararti menekan pada mesin cetak sehingga menghasilkan karya cetak pada lembaran kertas.

Lahirnya Surat Kabar

Setelah ditemukannya mesin cetak, maka dimulailah sejaah media massa cetak berupa koran atau surat kabar. Secara bahasa, surat kabar artinya surat berisi kabar atauu "kertas berita" (news paper) dalam bahasa Inggris.

Awalnya, lembar berita yang terbit tidak teratur dan memuat satu peristiwa, kemudian berevolusi dengan terbit teratur, seperti yang dilakukan mingguan Avisa Relation oder Zeitung, sejak 1609 di Strasbourg, Jerman. 

Awal Abad XVII menjadi abad penting lahirnya banyak koran di Eropa. Tapi, mingguan Frankfurter Journal (1615) yang dikelola Egenolph Emmel di Frankfrut, Jerman, umum dipandang sebagai koran pertama di dunia. 

Sampai kemudian lahir Leipziger Zeitung (1660) juga di Jerman, yang mula-mula mingguan, kemudian menjadi harian. Inilah koran harian pertama di dunia.

Karena terbit harian atau tiap hari, maka koran disebut juga "harian" (daily) atau "koran harian" (daily newspaper).

Tak lama kemudian Inggris menyusul, diawali oleh The London Gazette (1665) yang masih koran berkala. Inggris mengenal koran hariannya yang pertama dengan terbitnya The London Daily Courant (1702). 

Tahun 1690 Ben Harris menerbitkan Public Occurences --surat kabar pertama kali di koloni Inggris.

Tahun 1741 Andrew Bond Jord menerbitkan American Magazine yang disusul oleh Benyamin Franklin yang menerbitkan General Magazine di koloni Inggris.

Di Indonesia, koran sudah ada sejak tahun 1744, saat pemerintahan Hindia Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Van Imhoff, yaitu Bataviasche Nouvelles

Lahirnya Ilmu Komunikasi Massa

Mengutip buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Media Sains Indonesia, 2021), lahirnya koran di Jerman memunculkan pula Zeitung Skunde (ZS), yakni pengetahuan tentang persuratkabaran. Yang dipelajari tatacara menulis pada koran sehingga gagasan sampai kepada publik --yang sekarang dikenal sebagai ilmu jurnalistik atau ilmu komunikasi massa.

Dalam ZS misalnya ada cara menulis berita informasi yang ringkas dan jelas (sekarang terkenal dengan berita lempang straight news). 

Tahun 1800-an muncullah Zeitung Wissenschaft.(ZW) yang merupakan ilmu tentang persuratkabaran. Pada waktu itu satusatunya disiplin yang mempelajari komunikasi massa dengan media koran. 

Beberapa tahun kemudian (1884) di Universitas Bazel, Swiss, berdiri Fakultas Ilmu Persuratkabaran. Pada 1892 di Universitas Leip Zig Jerman, berdiri pula Fakultas Ilmu Persuratkabaran.

Zeitung Wissenschaft dianggap tidak lagi memadai akibat semakin berkembangnya ilmu pernyataan umum, apalagi dengan kemunculan radio dan televisi sebagai media penyiaran. 

Untuk menampung perkembangan ilmu ini muncullah Publisistik (Publizistik) yang tidak hanya mempelajari ilmu persuratkabaran, bahkan tidak hanya komunikasi massa, melainkan seluruh kegiatan yang menyangkut proses penyampaian informasi kepada publik atau penyampaian pendapat secara umum; termasuk di dalamnya retorika dan media umum (general media) serta special media. 

Lahirnya Radio dan Televisi

Tahun 1896, seorang ilmuwan Italia, Guglielmo Marconi mematenkan temuannya mengenai telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit. Alat yang ditemukannya itu menjadi awal penggunaan teknologi untuk menciptakan radio.

Perkembangan radio sebagai media massa lalu berkembang di beberapa negara. Diawali di Amerika Serikat (AS) dengan pengembangan penemuan Marconi oleh Dr. Lee De Forest pada tahun 1906, karena itu pula ia dijuluku “The Father of radio”. 

Sejak saat itu radio di AS mulai mengalami perkembangan yang pesat. Pada bulan Maret 1923 telah berdiri 556 stasiun radio. Baru pada tahun 1926 berdirilah NBC (National Broadcasting Radio) sebagai badan siaran radio yang luas dan besar, lalu muncul pesaingnya yaitu CBS (Columbia Broadcast System).

Sejak saat itu juga radio terus berkembang dibeberapa negara seperti Inggris, Perancis, Uni Sovyet, Jepang dan RRC. Selain mengalami perkembangan, radio juga telah memasuki tahap penyempurnaan. Prof. E H Amstrong dari Universitas Columbia pada tahun 1933 memperkenalkan sistem Frequency Modulation (FM) sebagai penyempurnaan dari Amplitudo Modulation (AM). 

Setelah radio, muncul pula media elektronik lainnya yang disebut televisi (TV). Televisi sendiri ditemukan oleh John Mc. Graham dari Saththam. 

Perkembangan televisi diawali dengan adanya sebuah penemuan dasar gelombang elektromagnetik oleh Joseph dan Michael Faraday pada tahun 1831. Cikal bakal penemuan televisi diperkenalkan pertama kali pada 26 Januari 1926 oleh penemu asal Skotlandia, John Logie Baird.

Sebagaimana koran dan radio, televisi adalah media massa elektronik yang dimanfaatkan sebagai media informasi, edukasi, dan hiburan bagi masyarakat.

Media Baru

Media massa terus berkembang. Mulai dari Acta Diurna, koran, lalu radio dan televisi, sejak 1990 ditemukan dan berkembang internet.

Internet --singkatan dari interconnected network atau "jaringan yang saling berhubungan" adalah sistem jaringan komputer yang saling terhubung.

Internet pertama kali dibuat oleh Advanced Research Projects Agency (ARPA) pada tahun 1969. Pada saat itu, internet masih berupa sebuah jaringan komputer yang kemudian diberi nama ARPANET. Istilah inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya jaringan internet yang populer hingga saat ini.

Internet melahirkan jenis media baru (new media). Media berbasis internet ini dikenal sebagai media daring (online media) atau media digital.

Kehadiran media baru seperti website, aplikasi, termasuk media sosial yang juga menjangkau audiens yang luas ini, tampaknya harus mendorong para ahli mendefinisikan kembali pengertian media massa.

Dulu definisi dan karakteristik media massa mengacu pada media cetak, lalu media penyiaran, dan kini harus disertakan pula media internet.

Demikian catatan singkat tentang sejarah media massa.*

Previous
« Prev Post
Author Image

Romeltea
Romeltea adalah onair dan online name Asep Syamsul M. Romli aka Kang Romel. Praktisi Media, Blogger, Trainer Komunikasi from Bandung, Indonesia. Follow me: facebook twitter instagram linkedin youtube

Recommended Posts

Related Posts

Show comments
Hide comments

No comments on Sejarah Media Massa

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *